For any question call us at +(0321)7528659
Freebies on order above $60
hidangan ekstrem khas Dayak Bulusu

5 Hidangan Ekstrem Khas Dayak Bulusu yang Unik dan Menantang

5 Hidangan Ekstrem Khas Dayak Bulusu yang Unik dan Menantang

Suku Dayak Bulusu, salah satu sub-suku Dayak yang hidup di pedalaman Kalimantan, memiliki tradisi kuliner yang unik dan ekstrem, mencerminkan kedekatan mereka dengan alam. Banyak hidangan khas Dayak Bulusu memanfaatkan bahan-bahan alami yang hanya ada di hutan Kalimantan, menciptakan sajian eksotis yang tidak hanya lezat bagi mereka tetapi juga kaya nutrisi. Bagi masyarakat Dayak, hidangan ini adalah bagian dari budaya yang diwariskan turun-temurun. Berikut lima hidangan ekstrem khas Dayak Bulusu, yang beberapa di antaranya mungkin terasa cukup menantang bagi lidah orang luar.

1. Tembiluk

Tembiluk adalah salah satu hidangan ekstrem yang menjadi makanan khas suku Dayak Bulusu. Hidangan ini berbahan dasar cacing kayu atau cacing tanah yang ditemukan di hutan-hutan Kalimantan. Cacing yang digunakan untuk tembiluk umumnya memiliki ukuran besar dan di peroleh dari kayu-kayu yang mulai lapuk. Proses pencarian cacing ini memerlukan ketelitian dan keahlian khusus agar bisa mendapatkan cacing yang tepat.

Setelah cacing di kumpulkan, biasanya cacing-cacing ini langsung di makan mentah atau di rebus terlebih dahulu. Beberapa orang juga mengolah tembiluk dengan menambahkan bumbu-bumbu tertentu untuk menambah cita rasa. Bagi masyarakat Dayak, tembiluk bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga di percaya memiliki kandungan nutrisi tinggi, terutama protein, yang membantu menjaga stamina saat mereka berada di hutan. Bagi orang luar, tekstur cacing yang kenyal dan rasanya yang khas mungkin menjadi tantangan tersendiri, namun bagi masyarakat Dayak Bulusu, tembiluk adalah makanan lezat yang memiliki nilai gizi tinggi.

2. Sop Tupai

Sop tupai adalah hidangan khas Dayak yang tergolong ekstrem dan cukup jarang di temui di luar kalangan masyarakat adat. Hidangan ini berbahan dasar tupai atau bajing yang di tangkap di hutan. Bagi masyarakat Dayak Bulusu, tupai di anggap sebagai sumber protein yang berlimpah di alam liar dan merupakan bagian dari tradisi berburu mereka.

Cara memasak sop tupai cukup sederhana, tupai di bersihkan terlebih dahulu, lalu di masak dalam kuah yang terbuat dari rempah-rempah alami. Rempah-rempah yang di gunakan mencakup bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, dan daun salam, yang memberikan aroma khas pada kuah sop tupai. Rasa sop tupai di anggap gurih dengan daging tupai yang empuk dan kaya protein. Meskipun bagi banyak orang luar hidangan ini di anggap ekstrem, bagi masyarakat Dayak, sop tupai adalah makanan lezat yang juga menyehatkan.

3. Paing

Paing adalah hidangan ekstrem lainnya dari suku Dayak Bulusu yang berbahan dasar kelelawar atau kalong. Kelelawar yang di gunakan dalam hidangan ini biasanya adalah kelelawar pemakan buah yang di tangkap di hutan Kalimantan. Masyarakat Dayak meyakini bahwa daging kelelawar memiliki kandungan protein yang tinggi dan baik untuk kesehatan.

Cara mengolah paing cukup unik, daging kelelawar di bersihkan terlebih dahulu dan biasanya di masak dengan cara di bakar atau di panggang. Setelah itu, kelelawar di masak dengan bumbu khas Dayak yang terdiri dari rempah-rempah lokal seperti cabai, serai, jahe, dan lengkuas. Hidangan paing memiliki aroma yang khas, dan bagi sebagian orang mungkin terlalu kuat. Namun, bagi masyarakat Dayak Bulusu, aroma tersebut justru menggugah selera dan menjadi hidangan istimewa yang di sajikan pada acara-acara tertentu.

4. Botok Daun Ubi Tumbu

Botok daun ubi tumbu adalah hidangan khas Dayak yang terbuat dari daun ubi yang di fermentasi atau di olah sedemikian rupa sehingga menghasilkan rasa yang khas. Hidangan ini terbilang unik karena menggunakan proses fermentasi, mirip dengan botok di Jawa yang menggunakan fermentasi ampas kelapa. Daun ubi yang di gunakan dalam botok ini adalah jenis tumbuhan liar yang tumbuh subur di hutan Kalimantan.

Setelah daun ubi di fermentasi, daun ini di olah bersama rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan kelapa parut. Seluruh bahan ini di bungkus dalam daun pisang lalu di kukus hingga matang. Rasa dari botok daun ubi tumbu cukup unik dengan perpaduan rasa asam, pedas, dan gurih yang menciptakan sensasi rasa yang berbeda. Botok daun ubi tumbu sering di jadikan sebagai lauk pendamping nasi bagi masyarakat Dayak.

5. Ulat Mulong

Ulat mulong atau ulat sagu adalah hidangan ekstrem lain dari masyarakat Dayak yang berbahan dasar larva atau ulat yang hidup di batang sagu yang sudah lapuk. Larva ini memiliki ukuran yang cukup besar dan biasanya di makan mentah atau di bakar. Ulat mulong di percaya kaya akan protein dan lemak sehat yang berguna untuk stamina tubuh, terutama bagi mereka yang sering beraktivitas di alam terbuka.

Bagi masyarakat Dayak, ulat mulong bukanlah makanan ekstrem, melainkan makanan yang lezat dan kaya nutrisi. Ulat mulong memiliki tekstur kenyal dan rasa gurih yang alami. Cara mengonsumsinya bisa mentah langsung setelah di panen dari pohon sagu, atau di bakar terlebih dahulu untuk memberikan tekstur renyah di bagian luar. Bagi masyarakat Dayak, ulat mulong adalah makanan penting yang menjadi bagian dari kehidupan mereka di hutan.

Mengapa Hidangan Ekstrem Ini Menjadi Bagian dari Budaya Dayak Bulusu?

Kuliner ekstrem suku Dayak Bulusu merupakan warisan tradisi yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Dayak yang berada di alam liar. Hidangan-hidangan ini menunjukkan bagaimana masyarakat Dayak Bulusu memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari. Dengan pola hidup yang masih dekat dengan alam, suku Dayak Bulusu tidak hanya mencari makanan di hutan, tetapi juga memiliki kearifan lokal untuk mengolah bahan makanan yang tersedia menjadi hidangan yang kaya nutrisi.

Di samping itu, makanan ekstrem ini juga menunjukkan nilai keberanian dan ketangguhan masyarakat Dayak dalam menghadapi alam liar. Mereka tidak merasa jijik atau takut untuk mengonsumsi makanan yang mungkin terlihat ekstrem bagi orang luar, karena bagi mereka, makanan tersebut adalah sumber kehidupan yang di berikan alam. Mereka bahkan percaya bahwa beberapa hidangan ini dapat meningkatkan stamina dan kesehatan tubuh, yang sangat di butuhkan ketika mereka harus berburu atau bekerja di ladang.

Tantangan dan Daya Tarik Kuliner Ekstrem bagi Wisatawan

Dengan meningkatnya minat wisatawan pada kuliner ekstrem dan keinginan untuk merasakan pengalaman baru. Hidangan khas Dayak Bulusu menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan yang ingin merasakan sensasi berbeda dalam mencicipi kuliner tradisional dan ekstrem sering kali tertarik untuk mencoba hidangan seperti tembiluk, sop tupai, dan ulat mulong. Hidangan ini menjadi semacam ujian keberanian sekaligus pengalaman yang tak terlupakan.

Namun, perlu di ingat bahwa beberapa bahan dalam kuliner ekstrem Dayak hanya bisa di akses dengan izin dari masyarakat adat dan tidak boleh di konsumsi secara sembarangan. Selain itu, bagi wisatawan yang ingin mencoba. Perlu juga menghormati budaya dan tradisi lokal, serta memastikan bahwa bahan makanan tersebut di olah dengan cara yang aman.

Baca juga: Kenali Penyebab & Faktor Risiko Hipertensi

Kuliner ekstrem khas Dayak Bulusu bukan sekadar makanan, melainkan manifestasi dari hubungan erat antara manusia dan alam. Hidangan seperti tembiluk, sop tupai, dan ulat mulong adalah bagian dari kehidupan masyarakat Dayak yang mencerminkan kearifan lokal dan budaya yang telah di wariskan turun-temurun. Mencicipi makanan ekstrem ini bukan hanya soal merasakan cita rasa yang unik. Tetapi juga belajar memahami dan menghargai tradisi serta cara hidup masyarakat Dayak Bulusu di tengah alam Kalimantan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *